Iklan Bohong Terus Dibiarkan

Iklan Bohong Terus Dibiarkan
Foto : Dokumentasi Pribadi Prof. Wimpie Pangkahila

*Kasihan masyarakat

Catatan ringan Wimpie Pangkahila

Malam itu seorang perwakilan produk herbal menemui saya memperkenalkan produknya, sambil menyodorkan brosurnya. Produk itu ditujukan untuk pria, khususnya untuk ereksi. Setelah saya baca sepintas, dengan yakin saya menyimpulkan bahwa produk ini pasti dicampur obat keras. Para profesional yang akrab dengan produk untuk seksualitas pasti dengan mudah dapat menyimpulkan apakah produk herbal itu murni herbal atau dicampur bahan obat sebenarnya. Maka malam itu juga saya beritakan brosur produk itu ke teman saya di BPOM. Jawabannya jelas, iklan seperti itu tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan periklanan. Saya merenung. Masalahnya bukan semata-mata soal isi iklan, tetapi isi herbal itu yang harus dikritisi mengapa sampai berani berkoar seperti di iklan itu. Sebenarnya tidak sulit, tinggal periksa adanya kandungan bahan tertentu yang kita curigai, yang membuat produsen berani beriklan seperti itu. Memang ironis, sangat banyak orang yang percaya iklan begitu saja, termasuk dokter yang tidak kritis. Bahkan iklan memperbesar ukuran penis dianggap benar secara ilmiah, sampai pernah ada yang mengusulkan mau dijadikan obyek wisata. Lucu, bukan? Teman saya, Andy Tirta, Ketua Umum Barisan Pencinta Pancasila, sering mengontak saya mempertanyakan produk di iklan abal-abal terkait kejantanan. Kemarin dia juga mengirimkan lagi iklan abal-abal seperti itu. Sambil iseng saya buka iklan itu, ternyata penuh dengan gambar porno, laki dan perempuan. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, ternyata iklan itu memuat foto seorang berpakaian dokter. Tertulis nama Profesor Naek Tobing, DR bekerja di Indonesia. Wajahnya bule banget. Yang pasti, saya kenal dr Naek Tobing, seorang spesialis Psikiatri, tetapi bukan Profesor, dan beliau sudah meninggal tahun lalu. Saya hanya berpikir, ini pembuat iklan kok bodohnya kelewatan ya. Kita tidak tahu berapa banyak orang tertipu dan berapa yang dirugikan akibat obat keras yang dicampur di dalam produk seperti itu tanpa penjelasan. Lebih jauh, di mana yang terhormat Kemkominfo, BPOM dan pihak terkait lainnya? Mestinya sebagai bangsa kita malu, terus dibohongi oleh iklan liar seperti itu. 

Ruang tengah, 27 Februari 2021